Kebahagiaan dalam Berbagai Perspektif

Kebahagiaan dalam Berbagai Perspektif

(Part 1)

Semua manusia pasti ingin mencari kebahagiaan, baik kebahagiaan hidup ataupun kebahagiaan setelah hidup, kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat. Kebahagiaan adalah suatu keadaan senang, tenang, nyaman dan tentram baik lahir maupun batin yang tercipta karena tercapainya sesuatu yang diidam-idamkan.

Ada banyak varian kata dalam bahasa Arab untuk menggambarkan arti kebahagiaan, di antaranya sa’adah, farahah, surur, insyirah, busyra, falah, hasanah, thuba, mata’ dan fauz. Banyaknya varian kata ini menunjukkan banyaknya perspektif dalam memahami dan memaknai kebahagiaan. Maka bahagia tidak bisa kita maknai dengan satu kata. Bahagian juga tidak bisa diasosiasikan dengan satu keadaan.

Kita sering mendengar “bahagia bukan hanya tentang materi” atau kita juga sering mendengar “uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang”. Kedua kalimat tersebut tidak salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Satu perspektif mengatakan kebahagiaan tidak membutuhkan materi (baca: harta dunia), perspektif lain mengatakan materi adalah salah satu jalan menuju kebahagiaan. Namun kedua perspektif tersebut dapat kita simpulkan kebahagiaan terwujud apabila mencapai tujuannya, baik itu dengan materi atau tanpa materi. Ada tipe orang yang mampu bahagia tanpa wasilah (perantara)materi. Ada pula tipe orang yang baru bisa bahagia apabila menggunakan wasilah materi. Semua tergantung pada perspektif kita dalam memahami kebahagiaan.

Dari semua macam perspektif kebahagiaan, ada satu titik yang menjadi core-nya, yaitu kebahagiaan yang hakiki. Semua orang pasti bisa menebaknya. Yaitu kebahagiaan yang hanya ada pada sisi Allah Sang Pemberi Kebahagiaan. Begitu banyak ayat yang menyebutkan tentang arti kebahagiaan yang selalu dikaitkan dengan keimanan, seperti surat Al-Mukminun ayat 1 dan selalu dikaitkan dengan anugerah dari Allah seperti Ali Imran ayat 170, Yunus ayat 58, Ar-Ra’du ayat 26, Hud ayat 108, dan banyak lagi.

Berangkat dari ayat-ayat tersebut maka pengertian bahagia mempunyai beberapa tanda-tanda. Jika tanda-tanda itu ada pada kita, berarti kita patut bersyukur bahwa kita sedang bahagia. Tanda-tanda tersebut sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abu Laits As-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin yang menyebutkan ada 11 tanda-tanda orang yang bahagia:

Pertama,

ان يكون زاهدا فى الدنيا ووراغبا فى الاخرة

Kebahagiaan adalah apabila kita zuhud terhadap urusan duniawi dan senang dengan urusan ukhrawi. Rasulullah saw. bersabda:

من كانت الدنيا همّه فرّق الله عليه أمره وجعل فقره بين عينيه ولم يأته من الدنيا إلا ما كتب له، ومن كانت الاخرة نيّـته جمع الله أمره وجعل غناه فى قلبه وأتته الدنيا وهي راغمة

Siapa yang menjadikan dunia sebagai himmah (tujuan hidupnya) maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikannya merasa puas apa yang di hadapannya dan ia tidak akan pernah mendapatkan dunia kecuali hanya apa yang telah ditetapkan Allah baginya. Sebaliknya, orang yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah akan mempermudah untuk mengumpulkan semua urusannya, menjadikannya selalu merasa cukup dalam hatinya dan dunia justru akan datang dengan sendirinya padahal baginya tidak bernilai.

Memang benar kebahagiaan materi adalah fitrah bagi manusia. Ini juga sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

من سعادة ابن آدم: المرأة الصالحة والمسكن الصالح والمركب الصالح

Tidak salah jika maunya manusia itu punya istri cantik nan baik, rumah indah dan kendaraan yang mewah. Namun jangan lupa batasan yang disabdakan Rasulullah tentang kekayaan:

ليس الغنى عن كثرة المال ولكن الغني غني النفس

Kakayaan sebagai penyebab kebahagiaan bukanlah karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan hati.

Wallahu A’lam

Kudus, 26 Juli 2024

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *